Islam sebagai agama kedua terbesar di dunia, tersebar di seluruh penjuru Bumi. Termasuk di negara yang terletak di Pegunungan Himalaya ini. Tibet atau dikenal juga dengan sebutan atap dunia. Bagaimanakah kehidupan Muslim di Tibet sebagai minoritas? Kebet habis tulisan ini.
Kache
Muslim Tibet dikenal dengan sebutan Kache atau Kachee. Kata ini merujuk kepada sebutan bagi bangsa Kashmir sebagai asal dari kaum Muslim di Tibet. Kebanyakan Muslim Tibet dapat kita jumpai di ibukota Lhasa dan Shigatse, kota terbesar kedua di Tibet. Toh, bukan berarti mereka tidak ada di daerah lainnya di Tibet. Muslim Tibet sudah membaur dengan warga Tibet lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pemakaian nama Tibet oleh Muslim di sana. Misalnya, nama Tibet yang digabung dengan nama Arab seperti nama Ali Tsering ataun Masood Butt. Sehari-hari Muslim Tibet memakai bahasa Tibet. Tetapi dalam aktivitas keagamaan biasanya menggunakan bahasa Arab atau Urdu.
Sejarah Panjang
Kemunculan Islam di Tibet memiliki sejarah panjang. Berawal dari seorang utusan Tibet dan Cina yang meminta kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk mengirimkan seorang ulama ke negara mereka. Saat itu yang ditunjuk adalah Saleh bin Abdullãh Hanafi. Hubungan itu terus hingga para ulama yang dikirim ke sana pun menetap dan menikah. Pada abad keduabelas terjadi imigrasi besar pedagang Islam dari Kashmir dan Persia ke Tibet. Mereka, seperti yang berasal dari Arab, menetap dan menikah di sana. Kawasan ini sering juga disebut oleh sejarawan Arab, seperti Yaqut Hamawi, Ibnu Khaldun, dan Tabari dalam tulisan-tulisan mereka. Bahkan, dalam buku Muajumal Buldan atau ensiklopedi negara-negara karya Yaqut Hamawi, kawasan ini disebut dalam tiga istilah yaitu Tabbat, Tibet, dan Tubbet.
Kebudayaan
Umat Muslim di Tibet ikut menyumbangkan kebudayaan tinggi bagi kawasan itu. Lewat musik Nangma atau Naghma. Musik ini biasa dimainkan oleh Muslim Urdu yang menetap di Tibet. Jenis musik ini sangat popular di Tibet. Bahkan, sekarang dimainkan sebagai musik pengiring perkawainan orang Tibet.
Gaya arsitektur masjid di Tibet pun memiliki bentuk yang unik karena perpaduan antara gaya Tibet dan Persia. Hal tersebut dapat dilihat dari dinding yang indah dipadu dengan desain yang dibuat tahan gempa, serta adanya Kada, sejenis selendang, yang digantung di pintu masjid.
Keistimewaan
Meski sebagai kaum minoritas, umat Muslim Tibet diperlakukan dengan adil. Justru, sebagai kaum minoritas, umat Muslim Tibet mendapat keistimewaan. Di antaranya adalah mereka mendapatkan sebidang tanah khusus sebagai tempat untuk menguburkan keluarga yang meninggal. Selain itu, Umat Muslim diizinkan tidak ikut menikmati makanan vegetarian pada waktu ulang tahun Sang Buddha. Makanan vegetarian itu menjadi wajib bagi warga Tibet dalam kesempatan tersebut.
Pendidikan
Untuk mendapatkan pendidikan, kaum Muslim Tibet seringkali harus pergi ke India, karena keterbatasan sekolah Islam atau madrasah di sana. Para siswa yang akan melakukan perjalanan ke India, berangkat bersama rombongan pedagang. Perjalanan itu memakan waktu berbulan-bulan karena harus berjalan kaki dan naik kuda atau keledai ke India. Biasanya, mereka tidak pulang ke rumah kecuali sudah menyelesaikan pendidikan atau memutuskan berhenti sekolah. Saat ini, pemerintah Cina yang menginvasi Tibet menyebabkan kehidupan beragama yang damai di kawasan itu terganggu. Tidak hanya kaum Muslim yang menjadi korban. Umat Buddha pun mengalami hal yang sama. Kita doakan semoga Tibet kembali menjadi atap dunia yang damai. Amin.
-Nia- (Berbagai Sumber)